CIPTA NUSA FOUNDATION

Menembus Batas Wilayah, Merawat Bumi Bersama: Misi Belajar dan Berbagi dari Bekasi ke Kuala Selangor

“Saya tidak pernah menyangka, karya seadanya ini (batik dari mangrove) bisa membuat banyak orang tertarik sampai saya terbang ke Malaysia dan bisa menikmati perjalanan berbagi ilmu ini” – Bu Alpiah

Bu Alpiah adalah sosok pemimpin inspiratif bagi Kelompok Kebaya, Keluarga Bahagia Berkarya di Desa Pantai Bahagia, Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Bermula dengan 18 anggota lainnya, sekarang, beliau bersama lebih dari 20 penggerak lainnya menginisiasi perubahan lewat pemanfaatan sumber daya lokal, mulai dari pengolahan hasil budidaya mangrove menjadi makanan berupa stik mangrove, keripik mangrove, dodol mangrove, dan sirup mangrove. Selain itu juga Kelompok Kebaya berhasil membawa inovasi membuat batik dari mangrove.

Dengan dukungan berbagai pihak, Kebaya tidak hanya mampu memberdayakan ekonomi desa, tetapi juga membawa karya mereka ke kancah internasional, termasuk agenda pertukaran budaya dan pengetahuan terkait konservasi dan pengolahan hasil sumber daya  lokal di Malaysia. Ini membuktikan bahwa kolaborasi berbasis kearifan lokal bisa melahirkan dampak yang mendunia.

  1. Kegiatan yang dilakukan

Pada tanggal 31 Mei hingga 1 Juni 2025, Cipta Nusa bersama mitra-mitranya melaksanakan kegiatan bertajuk Mangrove Harmony: Batik and Compost Block Workshop, Reforestation and Biodiversity Conservation Insight. Kegiatan ini menghadirkan sosok inspiratif dari Desa Pantai Bahagia, Muara Gembong, Bu Alpiah, mitra binaan sekaligus local hero yang telah menunjukkan dedikasinya dalam pelestarian lingkungan pesisir. Melalui kiprahnya, Bu Alpiah berhasil membawa kelompoknya menjadi panutan bagi komunitas lain dalam pengelolaan sumber daya berbasis masyarakat. Sebagai penggerak lingkungan dan pelestari budaya lokal, beliau membagikan pengetahuan dan keterampilannya dalam membuat batik dari bahan baku mangrove serta mengolah sludge beltpress menjadi kompos blok. Inilah wujud nyata dari bagaimana pengetahuan lokal tidak hanya bisa dibagikan, tetapi juga menginspirasi dan menggerakkan perubahan nyata.

Dalam kegiatan ini, sebanyak 50 bibit mangrove berhasil ditanam kembali di zona konservasi. Terdapat sebanyak 25 peserta yang mendapatkan pengetahuan dan keterampilan baru. Kegiatan ini juga menghasilkan 15 karya Batik Mangrove. Salah satu peserta wanita mengatakan “It’s interesting, I will come to Indonesia to learn this more”. 
2. Menilik Makna ‘Knowledge Sharing’ Lebih Dalam 

Kegiatan ini pada dasarnya adalah agenda knowledge sharing yang memungkinkan pihak-pihak yang terlibat saling memberikan informasi dan pengetahuan tentang praktik terbaiknya. Knowledge sharing mengambil peran yang jauh lebih besar dari sekadar bertukar informasi. Sering kali diucapkan ringan, istilah ini sebenarnya memuat esensi mendalam bagi pembangunan manusia dan komunitas. Firmanjaya Saputra (2022) menegaskan bahwa knowledge sharing adalah proses berbagi pengetahuan, menjalin kolaborasi dalam mencari solusi, dan menciptakan gagasan baru secara bersama. Hal ini diperkuat oleh Febrianto et al. (2022) yang menjelaskan bahwa penerapan knowledge sharing merupakan strategi efektif dalam manajemen sumber daya manusia, karena mampu meningkatkan keterampilan dan kapasitas anggota melalui pertukaran pengetahuan yang kaya secara profesional dan konseptual.

Dari sini, kita belajar bahwa knowledge sharing sejatinya adalah jembatan untuk bertumbuh bersama. Ia memperluas wawasan, memperkuat kolaborasi, dan mendorong lahirnya inovasi yang relevan dengan kebutuhan nyata masyarakat. Dalam praktik pemberdayaan, knowledge sharing menjadi pendorong utama efektivitas dan efisiensi pelaksanaan program. Transfer pengetahuan yang terjadi, baik dalam bentuk pengalaman, keterampilan, maupun nilain dapat mempercepat pencapaian tujuan sekaligus membangun partisipasi aktif masyarakat dalam setiap proses perubahan.

Kita seringkali berpikir bahwa berbagi ilmu adalah tindakan sederhana, padahal sejatinya itulah langkah awal dari perubahan besar yang berkelanjutan. Namun, perlu diingat bahwa knowledge sharing tidak boleh dilakukan secara asal-asalan. Ada etika, ada cara, dan ada tanggung jawab moral yang menyertainya. Untuk itu, mari kita jadikan setiap proses berbagi pengetahuan sebagai wujud kesungguhan dan komitmen kita untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat karena pengetahuan yang dibagikan dengan cara yang benar, memiliki kekuatan untuk mengubah masa depan.

Bu Alpiah bersama Kebaya adalah salah satu contoh pemberdayaan yang kami lakukan bersama-sama dengan mengedepankan pengetahuan lokal, di mana kearifan tradisional menjadi pondasi untuk menciptakan dampak berkelanjutan. Mari terlibat dan diskusikan inisiasi-inisiasi berbasis potensi lokal lainnya bersama kami. Setiap ide, kolaborasi, dan langkah kecil bisa menjadi awal dari perubahan besar.

_

Bring A Sustainable Future
Cipta Nusa Cendikia Foundation 

_

Sumber:
Firmanjaya Saputra, A. (2022). Iklim Organisasi dan Urgensinya Terhadap Knowledge Sharing. Jurnal Family Education, 2(4), 312–318.

Febrianto, A., Widad, R., & Aini, R. N. (2022). Akselerasi Distribusi Technical Selling Melalui Knowledge Sharing pada Media Sosial: Studi Pada Store Ms Glow Kraksaan Probolinggo. Jurnal Istiqro. 

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *